Pekat hatiku padamu
D, kalau aku cerita yang sebenarnya ke dunia, aku yakin sekali mereka akan berpihak padaku. Tapi untuk apalah itu sekarang? Tidak ada artinya lagi.
Percayalah D, aku sangat tersiksa kala itu, tentang yang sebenarnya, tapi aku sayang padamu, aku coba perjuangin kita semampuku D. Aku gak bisa apa-apa sebenarnya, doa satu-satunya yang paling bisa kulakukan. Sedihnya adalah: aku ada berdoa di mana, "Tuhan kalaupun dia harus kulepas, tolong beri hatiku rela melihatnya dengan yang lain."
Aku ingat waktu itu di surat kita mau sama-sama belajar. Kenyataannya memang kamu terkadang bikin aku sedih, aku juga pasti pernah mengecewakanmu ya?
Walau kamu buat aku sedih sekali D, tapi aku benar-benar tulus, tidak menyimpan itu semua satupun di dalam hatiku, karena dengar kamu ketawa aja aku gak jadi marah lagi D.
Aku kira kamu komitmen
mau belajar terus sama aku, D. Ternyata kamu bisa juga ya, melepas itu
semua. Itu saja traumaku. Terkadang terlintas di pikiran: masih tidak percaya bahwa orang
yang kukira tidak akan pernah melepasku, bisa. Bisa melepasku.
Sungguh tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan hatiku, D. Bisa kah kamu setidaknya mengira-ngira rasa sakit yang aku rasakan? Bisa kah kamu coba kira-kira, D?
Andai aku seorang penyanyi, sudah kubuat album khusus untukmu, betapa aku ingin mengeluarkan suaraku sekencang-kencangnya sampai hatiku lega.
Tuhan Allah Bapa saksinya D. Tuhan tau seberapa besar rasa sayangku padamu. Tuhan yang tahu, D. Sayangku tulus, D. Tulus sekali padamu. Kembali lagi, aku tidak bisa apa-apa..
Karena sebenarnya pada akhirnya aku memang harus melepasmu.
Jauh sebelum kamu melepasku, aku harus melepasmu.
Bukan mauku, tapi ada yang tak merestui. Mengerti kah kamu?
Itulah yang kuperjuangkan selama ini..
Setidaknya aku sudah mencoba.
Aku pernah kasih message, kuharap kamu melihatnya: We took a chance, God knows we tried.
Kubuat pesan itu di kala aku harus melepasmu.
D, lebay kah aku begini? Aku hanya merasa tidak adil, D...
Komentar
Posting Komentar